Hari Buku Nasional

Peringatan Hari Buku Nasional diharapkan dapat meningkatkan literasi dan minat baca masyarakat Indonesia.

Serial Parenting

Tips Memotivasi Anak Agar Semangat Rajin Belajar.....

Bagaimana Cara Membuat Blog

Cara Membuat Blog Pribadi yang Menarik, Gratis, dan Menghasilkan.

Rabu, 11 Oktober 2023

PERBEDAAN VISI DAN MISI

 PERBEDAAN VISI DAN MISI



CARA MENYUSUN VISI DAN MISI OSIS

 CARA MENYUSUN VISI DAN MISI OSIS



ORASI CALON KETUA OSIS

 CONTOH ORASI CALON KETUA OSIS SMP



Selasa, 10 Oktober 2023

PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN

 

KOMPAS.com - Kata 'pemimpin' serta 'kepemimpinan' punya kata dasar yang sama, yakni pimpin. Karena kesamaan inilah, dua kata ini cukup sulit dibedakan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pemimpin berarti orang yang memimpin, petunjuk, atau buku petunjuk (pedoman).

 Sementara kepemimpinan artinya perihal pemimpin atau cara memimpin.

Apa perbedaan pemimpin dan kepemimpinan?

Bedanya pemimpin dan kepemimpinan Secara garis besar, hanya ada dua antara perbedaan pemimpin dan kepemimpinan, yakni pengertian serta karakteristiknya.

Pengertian Sebagaimana yang telah disebutkan di atas, dalam KBBI, telah disebutkan secara implisit bahwa sebenarnya pemimpin dan kepemimpinan punya pengertian yang berbeda.

Menurut Pether Sobian dalam buku Pemimpin dan Kepemimpinan (2022), pemimpin adalah orang yang memimpin. Sedangkan kepemimpinan adalah perihal memimpin.

Pemimpin adalah satu atau beberapa orang yang memiliki kemampuan untuk mengatur kelompoknya agar bisa bekerja sama mencapai tujuan yang diinginkan.

Sedangkan kepemimpinan ialah seni untuk membimbing atau menuntun orang lain dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Bisa disimpulkan bahwa bedanya pemimpin dan kepemimpinan, yakni pemimpin lebih mengarah pada orang (manusia), sementara kepemimpinan mengacu pada sifat.

Adapun sifat yang kepemimpinan, seperti kemampuan membimbing, mengajak, dan menuntun, pasti dimiliki seorang pemimpin. Karakteristik  Dikutip dari buku Administrasi, Manajemen, dan Kepemimpinan (2019) oleh Husaini Usman,

berikut beberapa karakteristik yang dimiliki seorang pemimpin:

·     1. Mampu menentukan tujuan

·     2. Bisa memotivasi orang lain

·     3. Menindaklanjuti pihak yang bekerja sama dengannya

·     4. Bisa menginspirasi bawahannya untuk tetap komitmen.

Karakteristik pemimpin sangat menentukan keberhasilan organisasi. Ketiadaan seorang pemimpin akan memengaruhi kinerja juga efektivitas organisasi. Sementara itu, karakteristik kepemimpinan mencakup pemberian bimbingan dan motivasi kepada pihak lain. Tanpa kepemimpinan, seorang pemimpin akan kesulitan untuk menjalankan serta meningkatkan efektivitas organisasi. Dalam hal ini, bedanya pemimpin dan kepemimpinan terletak pada karakteristiknya, yakni: Pemimpin mampu menentukan tujuan dan memotivasi orang lain (inisiatif) Kepemimpinan lebih mengarah pada pemberian bimbingan dan motivasi (usaha).


MENGENAL OSIS


 

AGAR BERWIBAWA


 

PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN

 


Senin, 09 Oktober 2023

DAMPAK NEGATIF MEDIA SOSIAL


 

DEMOKRASI DAN MEDIA SOSIAL


 

DAMPAK BULLYING PADA KEJIWAAN KORBAN


 

Peran Media Sosial dalam Demokrasi Saat Ini

 

Peran Media Sosial dalam Demokrasi Saat Ini


Di era sekarang, peran media sosial bisa dibilang sangat tinggi. Hal ini sebanding saat mengingat penggunaannya yang terus meningkat. Terbukti dari jumlah smartphone yang dimiliki oleh setiap orang. Pastinya mereka mempunyai setidaknya satu media sosial. Tidak heran jika peran tersebut memberikan pengaruh pada dunia demokrasi.

Jika dulu demokrasi dilakukan dalam tindakan nyata, sekarang bisa dilakukan secara online. Maksudnya jika dulu para calon kandidat melakukan aksinya dan diketahui oleh masyarakat secara langsung, tapi sekarang masyarakat bisa mengetahuinya hanya dari sosial media saja. Bahkan rekam jejak yang sudah ada di sosial media tidak akan pernah bisa hilang.

Peran Media Sosial untuk Demokrasi

Seperti yang diketahui, beragam informasi sudah bisa didapatkan dengan mudah di era sekarang. Dalam hitungan detik saja informasi yang diinginkan bisa langsung tersaji. Tidak heran jika masyarakat tidak bisa lepas dari penggunaan sosial media. Lalu, apa saja pengaruh media sosial dalam bidang demokrasi?

Sarana Media Kampanye

Salah satu peran yang bisa dirasakan oleh calon kandidat adalah menjadi sarana media kampanye. Jika zaman dulu calon kandidat harus pergi ke setiap wilayah untuk mengumumkan informasi terkait dirinya yang mencalonkan diri dalam dunia politik atau demokrasi, sekarang tidak harus lagi.

Calon kandidat bisa menyebarkan informasi tentang dirinya hanya melalui media sosial saja. Dengan begitu, informasi tersebut bisa dengan cepat mempengaruhi masyarakat dalam memilih suatu partai. Namun, sebelum memutuskan untuk menyebarkan informasi melalui media sosial, ada baiknya untuk memilih salah satu media.

Pasalnya, di setiap daerah atau wilayah mempunyai dominan penggunaan sosial media yang berbeda. Jika Anda salah memilih media sosial, bukan tidak mungkin masyarakat kesulitan untuk mengenali atau menemukannya. Namun, jika penggunaan media sosial sudah tepat, masyarakat akan mudah mendapatkan informasi tentang setiap calonnya.

Selain itu, Anda juga bisa menerapkan strategi kampanye menggunakan media sosial, lho. Caranya dengan menciptakan inovasi terbaru sehingga masyarakat mempunyai alasan untuk memilih partai tersebut.

Tidak hanya itu saja, sosial media bisa membantu calon kandidat dalam melakukan daya jelajah agar lebih baik. Hal ini tentunya akan membawa nilai positif di mata masyarakat dan calon kandidat itu sendiri.

Memudahkan Masyarakat dalam Memilih

Peran media sosial dalam dunia politik tentu saja bisa membantu memudahkan masyarakat dalam melakukan pemilihan. Jika dulunya masyarakat kebingungan karena tidak tahu harus memilih kandidat yang mana lantaran tidak begitu kenal, sekarang masyarakat bisa mengenal dengan mudah. Caranya dengan melakukan stalking.

Hal ini karena media sosial mempunyai rekam jejak yang terbilang cukup sadis. Saat calon kandidat melakukan perbuatan buruk dan ketahuan oleh masyarakat, tentunya berita akan menyebar dengan sangat cepat. Dari sini masyarakat bisa memberikan sejumlah penilaian dengan mudah.

Meski beberapa di antaranya adalah berita hoax, ada baiknya bagi masyarakat untuk menelusuri lebih dulu. Tujuannya agar pemilihan partai dan calon kandidat memang benar adanya. Bukan karena ancaman atau sogokan lainnya yang sering kali dilakukan, seperti memberi sejumlah uang dan barang lainnya.

Membangun Hubungan Lebih Dekat dengan Masyarakat

Peran media sosial dalam bidang demokrasi salah satunya adalah membangun hubungan menjadi lebih dekat. Sebelum adanya media sosial, interaksi antara masyarakat dengan calon kandidat terbilang sangat minim. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah keterbatasan waktu. Sementara wilayah yang harus dikunjungi cukup banyak.

Berbeda saat sudah ada media sosial sebagai sarana untuk melakukan interaksi. Melalui media sosial, masyarakat akan lebih mudah dekat dengan calon kandidat. Namun, di sini tentunya calon kandidatlah yang harus membangun interaksi lebih dulu dengan masyarakat.

Tentunya saat Anda berhasil menarik simpati masyarakat, di situlah nilai tambah di mata masyarakat sudah didapat. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk membangun interaksi dengan masyarakat.

Misalnya dengan membuat konten yang bermanfaat, mengundang masyarakat untuk memberikan sejumlah komentar, sampai melakukan live. Semakin aktif calon, tentunya semakin mudah masyarakat menemukan dan mengenal Anda.

Membentuk Opini Publik Secara Tidak Langsung

Peran media sosial dalam bidang demokrasi secara tidak langsung adalah membentuk opini publik. Seperti yang diketahui, netizen sangat jeli dalam menemukan kesalahan pada masing-masing kandidat. Jadi, usahakan untuk menjaga image di depan masyarakat agar tetap terlihat positif.

Hal ini karena apa yang dilakukan oleh setiap calon kandidat akan membentuk opini pada masyarakat. Jika tujuan Anda sebagai calon memang positif, pastinya masyarakat bisa menilai hal tersebut. Sama halnya jika tujuan calon mengarah ke negatif, masyarakat pasti bisa mengetahuinya.

Selain itu, opini yang terbentuk berasal dari bagaimana calon kandidat melakukan branding. Usahakan untuk menarik simpati masyarakat melalui cara tersebut. Namun, perlu diketahui juga jika opini masyarakat mudah berubah tergantung dari bagaimana calon bersikap terhadap suatu masalah yang menimpanya.

Sarana Pertukaran Ide

Salah satu peran positif dari media sosial adalah menjadi sarana pertukaran ide. Tentunya cara ini bisa membuat hubungan antara masyarakat dengan calon kandidat semakin dekat. Anda bisa meminta masyarakat untuk menuliskan keinginan dan harapannya di suatu kolom komentar.

Dengan begitu, Anda bisa tahu bagaimana dan apa yang harus dilakukan saat terpilih nantinya. Jika calon berusaha memuaskan masyarakat melalui tindakan nyata, pastinya masyarakat akan percaya. Karena kebanyakan calon biasanya akan mengucap janji terlebih dahulu. Lalu, saat sudah terpilih mereka lupa akan janji tersebut.

Tentunya hal itu sangat disayangkan karena bisa membuat nilai di mata masyarakat menjadi jelek. Nah, jika Anda ingin menjadi calon kandidat dalam bidang politik, bisa menggunakan media sosial dengan bijak. Dengan begitu, peran media sosial akan terasa lebih bermanfaat.

SUMBER BERITA : https://rajakomen.com/blog/peran-media-sosial-dalam-demokrasi-saat-ini-4f090ba784.php

Setelah membaca artikel di atas, jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini :

1.  Sebutkan jenis-jenis media sosial yang ada saat ini dan jelaskan kegunaanya!

2.  Sebutkan peran media sosial bagi demokrasi!

3.  Jelaskan secara singkat istilah-istilah berikut :

Media sosial, demokrasi, kandidat, kampanye, hoax, interaksi, simpati, opini publik, ide, image,

Privasi dan Pengungkapan Diri Remaja di Media Sosial

 

 Masa remaja memang selalu diidentikkan dengan masa pencarian jati diri, kesempatan mengeksplorasi banyak hal, kesempatan menjalin pertemanan yang lebih luas dibanding pada masa anak-anak, dan kesempatan-kesempatan lainnya. Seiring perkembangan teknologi informasi ini membuat mereka mudah mengakses dan mendapatkan apapun yang diinginkan atau dibutuhkan di media sosial. Selama masa pandemi ini akhirnya terlihat bahwa remaja dan anak muda adalah generasi paling adaptif menghadapi perubahan berbasis pada penggunaan internet dibandingkan generasi dibawahnya atau diatasnya.

 Melalui media sosial, penggunanya bisa membagikan informasi apapun seperti nomor telepon, alamat, identitas, foto, dan menuliskan apa yang dia pikirkan atau rasakan kepada publik. Bahkan meskipun orang asing, mereka bisa mengetahui dengan siapa seseorang ini berteman, siapa saja anggota keluarganya, dan tempat mana saja yang sudah atau sedang dikunjungi. Batas-batas privasi individu di media online dan kehidupan fisik menjadi semakin tipis karena banyak masyarakat yang tidak merasa terancam dengan mengungkapkan dirinya secara penuh di sosial media.

Sebenarnya, sebagai individu kita perlu membuat batasan privasi. Menurut Burgoon (Purnamasari, 2016), privacy concern adalah sebuah kemampuan untuk membatasi akses fisik, interaksional, psikologis, informasi terhadap diri sendiri atau sekelompok orang. Remaja perlu mengetahui dan memiliki privacy concern dalam penggunaan media sosial untuk mengontrol dan memfilter informasi apa saja yang akan diungkapkan kepada publik dan aman untuk dirinya sebagai individu pengguna sosial media.

Informasi yang kita ungkapkan atau dikomunikasikan kepada orang lain dalam hubungan interpersonal ini disebut self disclosure. Menurut Wheeless & Grotz, self disclosure ini bervariasi dalam kesediaan mengungkapkan informasi, jumlah informasi yang diungkap, kedalaman informasi yang disampaikan, serta kejujuran dan keakuratan dalam pengungkapan. Pemahaman terkait privacy concern ini jelas berpengaruh pada sejauh mana seseorang bisa terbuka atau disclosure dengan orang lain. Fakta yang terjadi di lapangan, rendahnya literasi digital membuat banyak remaja menjadi terlalu terbuka terhadap informasi dan kehidupan pribadinya di sosial media, sehingga menambah faktor resiko kejahatan cyber ini terjadi.

Kemajuan teknologi informasi dan media sosial memang memudahkan aktivitas kita selama pandemi untuk berhubungan dengan orang lain yang berada berjauhan. Namun, tidak jarang justru penggunaan internet dan media sosial ini menjauhkan hubungan personal dengan orang-orang yang berada dalam satu rumah yang dapat ditemui secara fisik. Beberapa remaja yang banyak mengalihkan aktivitasnya secara online tanpa dampingan orang tua atau orang dewasa lain di sekitarnya, pada akhirnya justru memiliki hubungan yang tidak berkualitas dan minim kedekatan dengan orang-orang yang dekat secara fisik. Kemudian beberapa dari mereka menjadi rentan dengan mencari kedekatan lain di luar keluarga atau dengan orang asing di media sosial.

Ketika dirasa nyaman menjalin hubungan dengan orang asing bahkan yang tidak mereka kenali secara fisik seutuhnya, para remaja ini bisa dengan mudah dan percaya memberikan informasi-informasi pribadinya kepada orang asing tersebut, dari mulai data demografi hingga foto atau video pribadi. Jika itu jatuh pada tangan yang salah atau ditangan pelaku kekerasan seksual berbasis cyber, informasi-informasi pribadi tersebut dapat digunakan sebagai media atau alat untuk mengancam korban. Tentu hal-hal seperti itu menjadi sangat memprihatinkan.

Berdasarkan pengalaman pendampingan yang dilakukan Rifka Annisa pada remaja, seringkali remaja mengungkap banyak informasi pribadinya melakui media sosial sebagai bentuk pengalihan dari rasa bosan, kebutuhan untuk menunjukkan eksistensi diri, atau mencari teman bercerita atas kebutuhan afeksi yang dirasakan. Remaja bisa secara terbuka menceritakan hal-hal pribadinya tanpa mengetahui dampak dan resiko dari pengungkapan informasi yang dilakukannya tersebut. Cara berpikir tanpa mempertimbangkan konsekuensi atas setiap informasi yang telah disampaikan ke media sosial ini berbanding lurus dengan nihilnya pengetahuan remaja tentang keamanan dirinya di era digital.

Hilangnya batas privasi dan menjadi terlalu terbuka di media sosial ini kerap menimbulkan konsekuensi negatif untuk remaja. Kemudahan akses sosial media ini juga menyebabkan banyak remaja menjadi impulsif atau memiliki dorongan untuk melakukan suatu tindakan tanpa memikirkan konsekuensinya terlebih dahulu, dengan cepat dan tiba-tiba mengikuti suasana hati. Dalam bahasa jawa biasanya kita sebut dengan “sak deg – sak nyet”.

Sebagai orang dewasa kita perlu untuk memahami dan menyampaikan batas-batas digital kepada remaja. Yaitu, (1) Informasi apa saja yang aman dan tidak aman untuk dishare ke media sosial; (2) Memahami apa yang sebenarnya remaja butuhkan di sosial media; (3) Bagaimana menolak jika ada seseorang ingin meminta informasi pribadi kepada kita yang membuat kita tidak nyaman; (4) Bagaimana cara melaporkan akun yang menggunakan informasi pribadi kita tanpa seiizin kita. Setiap media memiliki cara yang berbeda-beda; (5) Membatasi update lokasi tempat-tempat mana saja yang telah kita kunjungi. Bisa dengan mematikan setting lokasi di smartphone; (6) Mengatur setting privasi siapa saja yang bisa menandai dan mengikuti kita di sosial media; (7) Salah satu yang penting adalah bagaimana mengakses bantuan atau mengetahui lembaga apa yang bisa menolong kita jika kita mengalami kekerasan berbasis gender online (KBGO); (8) Jika ingin lebih aman, upload foto tanpa menunjukkan lokasi atau jika ingin menunjukkan lokasi setidaknya kita upload saat kita sudah berpindah dan tidak berada di tempat tersebut.

Kesadaran atas keamanan literasi digital memang perlu ditumbuhkan, dan juga dirawat dengan update informasi-informasi terbaru mengenai perkembangan dunia internet, informasi dan teknologi. Selain itu hal yang terpenting lainnya adalah menyadari dan membuat batas bahwa kita perlu menjaga privasi diri sendiri, serta memilih informasi apa saja yang aman untuk diungkapkan ke media sosial.

Sumber berita : https://opini.harianjogja.com/read/2020/09/12/543/1049599/opini-privasi-dan-pengungkapan-diri-remaja-di-media-sosial-bagian-ii

Setelah membaca berita di atas , diskusikan dengan kelompokmu, kemudian jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:

1. Sebutkan minimal 5 faedah yang kamu dapatkan setelah membaca artikel di atas!

2. Sebutkan dampak positif dengan adanya media sosial bagi kehidupan manusia, khususnya di kalangan remaja!

3. Sebutkan dampak negatif dari media sosial yang kamu ketahui!

4.  Sebutkan cara mencegah dampak negatif yang disebutkan pada nomor 3!

5.  Apakah kalian mempunyai pengalaman pribadi yang tidak menyenangkan berkaitan dengan penggunaan media sosial, dan solusi apa yang sudah kamu lakukan?


Selasa, 26 September 2023

KALOR DAN PERPINDAHANNYA

 


Kalor dan Perpindahannya

Pengertian Kalor  

Kalor adalah energi panas yang berpindah dari benda bersuhu lebih tinggi ke benda bersuhu lebih rendah.

Simbol : Q

Satuan kalor dalam SI adalah Joule (J) untuk sistem MKS,dan Erg untuk sistem CGS

Namun yang sering digunakan dalam bidang gizi yaitu kalori (kal) atau kilo kalori (kkal).

Satu kalori adalah jumlah energi panas yang digunakan untuk menaikkan suhu 1°C pada 1 gram air. 

Zat gizi makanan mengandung energi kimia yang dapat diubah menjadi energi panas atau energi lain.

Energi panas yang disediakan oleh makanan diukur dalam kilo kalori (kkal). 

 Sumber kalor :

Ø  Matahari

Ø  Magma Bumi

Ø  Reaksi Pembakaran

Ø  Perubahan Energi Listrik

Ø  Perubahan Energi Mekanik

Ø  Reaksi Nuklir, dll


Konversi Satuan Kalor

1 kkal = 1000 kalori,

1 kJ = 1000 Joule

1 kalori = 4,2 J. 

1 Joule = 0,24 kal

 Ubahlah satuan kalor berikut:

1. 15 kal = ....... Joule

2. 100 Joule = ...... kal

3. 4,8 kkal = ...... Joule

4. 700 kJ = ....... kal

5. 9,6 kJ = ....... kkal

 Suhu benda akan naik jika benda tersebut diberi kalor, sebaliknya suhu benda akan turun jika melepaskan kalor ke lingkungan.

Contohnya, air panas didalam gelas lama – kelamaan akan mendingin. Hal ini karena kalor dilepaskan ke lingkungan oleh air. 

Kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu benda tergantung dari jenis benda tersebut. Semakin besar kenaikan suhu benda, semakin besar pula kalor yang diperlukan. Semakin besar massa jenis benda, semakin besar pula kalor yang diperlukan. 

Sehingga, dapat dirumuskan bahwa : kalor yang diperlukan menaikkan suhu = massa benda x kalor jenis x suhu benda. 

Atau bisa dituliskan :

 Q = m x c x ΔT 

 Keterangan :

Q = kalor yang diberikan pada benda (J atau kal)

m = massa benda (gram atau kg)

c = kalor jenis benda (J/kgoC atau kal/goC atau kkal/kgoC)

ΔT = perubahan suhu benda (oC)

Setiap benda memiliki kalor jenis yang berbeda.

Berikut kalor jenis benda

Alat untuk menentukan besarnya kalor jenis suatu benda adalah KALORIMETER.

 CONTOH SOAL

1.        Sebuah benda mula-mula suhunya 18oC kemudian ditingkatkan menjadi 48oC, ternyata memerlukan kalor sebesar 960 Joule. Bila massa benda 0,4 kg, tentukan kalor jenis benda tersebut?

 

 Diketahui :          T1 = 18oC

                                    T2 =  48oC

                                    ΔT = 48 -18 = 30oC

                                    Q = 960 J

                                    m = 0,4 kg

Ditanya : c?

Jawab:                  Q = m x c x ΔT à c = Q/m. ΔT

                                    c = 960 / 0,4 . 30

                                    c = 960/12

                                    c = 80 J/kgoC

 

Kerjakan soal berikut:

1.     1.  Berapakah kalor yang diperlukan untuk memanaskan air dari suhu 20oC menjadi 90oC. Bila massa air 0,75 kg dan kalor jenis air 4200 J/KgoC ?

2.      2..  0,5 kg air yang suhunya 15oC diberi kalor sebanyak 84.000 Joule. Bila kalor jenis air 4200 J/KgoC, berapakah suhu air sekarang?

3.     3.  Sebuah benda mula-mula suhunya 36oC kemudian ditingkatkan menjadi 46oC, ternyata memerlukan kalor sebesar 650 Joule. Bila massa benda 0,5 kg, tentukan kalor jenis benda tersebut?

2. Kalor pada Perubahan Wujud Benda 

Untuk mendidihkan air diperlukan kalor, jadi untuk mengubah zat cair (air) menjadi gas (uap) diperlukan kalor. Berikut ini perubahan wujud zat yang memerlukan kalor. 

 

Pada perubahan wujud zat, tidak terjadi perubahan suhu. Kalor untuk mengubah wujud zat disebut kalor laten.

Berikut rumus kalor laten : 

Keterangan : 

Q = kalor yang dibutuhkan/dilepaskan untuk berubah wujud (J)
m = massa zat yang berubah wujud (kg)
L = kalor lebur/kalor beku (J/kg)
U = kalor penguapan/kalor pengembunan (J/kg) 

 

Contoh penerapan kalor yaitu :

ketika kita beraktivitas, maka tubuh kita akan menjadi panas dan kemudian berkeringat. Ketika keringat menguap, maka memerlukan kalor. Kalor ini diambil dari tubuh, sehingga tubuh menjadi dingin dan kembali ke suhu optimal. 

 

Contoh lainnya: 

pembuatan kolam atau air mancur pada bagian depan bangunan yang besar. Kolam dapat membuat lingkungan sekitar menjadi sejuk. Hal ini karena apabila siang hari, air di kolam menguap, sehingga membutuhkan kalor. Kalor tersebut diambil dari udara sekitar kolam yang panas, sehingga dengan adanya kolam udara lebih dingin dan sejuk. 

3. Perpindahan Kalor 

Kalor dapat berpindah melalui 3 cara yaitu konduksi, konveksi dan radiasi. 

 

Konduksi adalah perpindahan kalor melalui bahan tanpa disertai partikel – partikel bahan tersebut.

Contohnya ketika menyetrika baju, maka baju akan menjadi panas tetapi licin dan rapi. Hal ini karena kalor berpindah dari setrika ke baju. 

Bahan yang dapat menghantarkan listrik dengan baik disebut konduktor, contohnya : logam. Bahan yang dapat menghantarkan listrik dengan buruk disebut isolator, contohnya Plastik dan kayu. 

Setiap bahan memiliki kemampuan menghantarkan panas secara konduksi (konduktivitas) yang berbeda. Berikut ini sifat – sifat konduktivitas bahan : 

Konveksi adalah perpindahan kalor melalui suatu bahan disertai partikel – partikel bahan tersebut.

Contohnya terjadinya angin darat dan angin laut di pantai. 

 

Angin laut terjadi ketika daratan lebih cepat panas dari lautan (kalor jenisnya kecil), udara diatas daratan ikut panas dan bergerak naik, sehingga digantikan udara dari lautan. Angin laut terjadi pada siang hari. 

Angin darat terjadi ketika daratan lebih cepat mendingin dari lautan, udara diatas lautan lebih cepat bergerak naik, sehingga digantikan oleh udara dari daratan. 

 

Radiasi adalah perpindahan kalor tanpa memerlukan medium.

Contohnya ketika kita berada di dekat api ungun, maka tangan akan ikutan panas. Hal ini karena kalor dari api unggun berpindah ke tangan kita. Setiap benda dapat memancarkan dan menyerap radiasi kalor, yang besarnya bergantung pada suhu dan warna benda. 

Semakin panas benda daripada lingkungan, maka semakin besar pula kalor yang diradiasikan ke lingkungannya. Semakin luas permukaan panas benda, maka semakin besar pula kalor yang diradiasikan ke lingkungannya. 

Apabila suhu benda lebih dingin dari lingkungan, maka benda akan menyerap radiasi kalor dari lingkungan. Semakin rendah suhu benda, makin besar pula kalor yang diterima dari lingkungan. 

Ketika kita menjemur pakaian, maka pakaian yang berwarna gelap akan lebih cepat kering daripada pakaian yang berwarna. Semakin gelap benda yang terasa panas, semakin besar pula kalor yang diradiasikan ke lingkungannya. Semakin gelap benda yang terasa dingin, semakin besar pula kalor yang diterima dari lingkungannya. 

Azaz Black berbunyi banyaknya kalor pada benda yang bersuhu lebih tinggi sama dengan banyaknya kalor yang diterima benda bersuhu lebih rendah. 

Demikian ringkasan materi bab Kalor dan Perpindahannya semoga bermanfaat dan bisa menambah referensi kamu…